Tradisi Toron: Konstruksi Agama, Budaya atau Sosial

Oleh karena sedemikian kuat perhatian etnis Madura terhadap hari-hari besar Islam, sehingga mereka yang ada di rantau selalu meluangkan waktu agar bisa pulang kampung (toron), selain juga karena ada motif lain. Seperti keperluan ta’ziyah karena ada keluarga yang meninggal, acara perkawinan, ziarah kepada anggota keluarga yang akan berangkat maupun pulang dari ibadah haji, sowan (acabis) kepada kyai, ziarah kubur kedua orang tua, dan lain sebagainya (Arifin, 2007: 255). Kendati ini semua bersifat insidental, namun aktivitas semacam ini telah mentradisi di kalangan etnis Madura.

Hari-hari besar Islam seperti Maulud Nabi Muhammad SAW, terutama Idul Fitri (tellasan aghung) dan Idul Adha (tellasan reraja, tellasan ajjih) selalu diperingati secara meriah (Rifai, 2007: 46). Sebagai etnis yang agamis dan hidup dalam sebuah kultur lokal yang secara turun temurun terus dilanggengkan, sebagian pakar ada yang berpendapat ada tiga momen penting yang justru sangat mendapat perhatian, selain Idul Fitri dan Idul Adha yaitu acara penghormatan atas kematian anggota keluarga dengan mengadakan tahlilan hari ke-1 sampai ke-7, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari, sebagai indikasi mereka pengikut ahlus sunnah wal jamaah bermadzhab Syafii (Rifai, 2007: 42-50).

Selain itu acara Maulud Nabi dan acara selametan keberangkatan dan kedatangan ibadah haji keluarga, kedua momen ini masih sangat sakral di kalangan etnis Madura yang menjadi salah satu motif mereka merasa wajib pulang kampung (toron). Tradisi semacam ini sejatinya merupakan sebuah ekspresi perilaku beragama dalam bingkai kultur yang terus hidup di kalangan mereka. Sehingga dengan demikian tradisi toron di kalangan etnis Madura menurut peneliti adalah merupakan hasil dari sebuah konstruks sosial, sekaligus konstruks agama dan budaya yang ada, atau untuk jelasnya, tradisitoron adalah merupakan hasil interaksi sosial antar individu dalam sebuah komunitas yang di dalamnya terikat oleh nilai-nilai agama maupun kearifan lokal yang berlaku dan sekarang tradisi ini telah menjadi milik dan bagian dari kepribadian mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.