Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • Merawat Madura
    • Gerbang Madura
    • Sejarah Madura
  • Lokalitas
    • Sastra Madura
    • Budaya Madura
    • Tradisi Madura
  • Ragam
    • Artikel Madura
    • Peristiwa Madura
    • Aneka Peristiwa
  • Pesohor
    • Tokoh Madura
    • Wisata Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Mutiara yang Terserak
    • Tempat Penginapan dan Hotel di Madura
    • Jarak Antar Kabupaten-Kota di Jawa Timur
    • Mohon Dukungan Domasi
    • Jarak Antar Kota dan Provinsi di Pulau Jawa-Madura-Bali
  • Konten
    • Daftar Isi
    • Sitemap
    • WPMS Html Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Komentar dan Saran Anda
    • Kirim Artikel
  • Hantaran
    • Marlena, Perjalanan Panjang Perempuan Madura
    • Tembhang Macapat Madura
    • Dewan Kesenian di Madura Dihidupkan Lagi?
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Madura Eksodus
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Madura Dalam Gambar
    • Babad Madura
  • Telusur
    • Penelusuran Praktis Tulisan Lontar Madura
    • Peta Lokasi Lontar Madura

Tradisi Keket Menyambut Musim Kemarau

Home Tradisi Keket Menyambut Musim Kemarau

Ditayangkan: 18-06-2015 | dibaca : 8,191 pengunjung
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

[junkie-alert style=”red”]

tradisi-keket-situbondo

Tradisi keket diselenggarakan di Situbondo

Dalam tradisi bertarung, di Madura dikenal dengan ojung (ojhung) yaitu sejenis pekelahian yang dilakukan sebagai bentuk ungkapan permohonan minta hujan. Ojung oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai ritual yaitu sebagai bentuk persembahan kepada Yang Maha Kuasa dan dipimpin oleh sesepuh desa agar diturunkan hujan. [/junkie-alert]

Selain ojung dalam tradisi perkelahian bagi enik Madura dikenal tradisi perkehian dalam gelut (bergelut) yang kemudian dikenal sebagai keket. Tradisi keket juga ditampilkan dalam pertarungan di tempat terbuka seperti lapangan atau tegalan, diselenggarakan sebagai ritual menyambut musim kemarau. Karena pada saat tersebut, warga Madura mulai menikmati hasil penen dari lahan pertanian mereka.

Namun kemudian tradisi keket ini oleh masyarakat dijadikan sebuah perlombaan atau pertandingan dengan pertauran satu lawan satu yang digelar sebagai bentuk perkelahian yang dilombakan. Namun kini keket banyak ditampilkan diatas panggung.

Beda ujong, beda pula keket. Keket dalam pertarungannya seperti halnya tradisi sumo di Jepang, yaitu dalam bentuk perkelahian “gelut” satu dengan yang lain berusaha untuk merobohkan. Bila pelaku sumo dibutuhkan postur tubuh besar, kuat dan gemuk, sedang keket siapa saja boleh ambil bagian untuk bertarung selama punya kekuatan untuk menjatuhkan lawan.

Keket umumnya banyak berkembang di wilayah tapal kuda Jawa Timur, seperti Situbondo dan sekitarnya, dan dilakukan warga dari kalangan etnis Madura. Tradisi keket sendiri merupakan tradisi Madura, namun di Pulau Madura sendiri permainan ini kurang populer.dibanding ujhung.

[junkie-alert style=”yellow”] Sedang arti keket dalam pemahaman keseharian warga Madura, merupakan suatu bentuk perkelahian dengan menggunakan kekuatan tubuh untuk menjatuhkan lawan, yaitu dengan melingkarkan lengan ke bagian tubuh lawan, dan berusaha menekan sampai lawan jatuh. [/junkie-alert]

Akeket (bergelut) tanpa menggunakan pukulan tangan atau tendangan kaki. Jadi teknik permainan keket ini cenderung mengandalkan tekanan tubuh dan kekuatan lengan untuk membanting musuh sampai jatuh.

Permainan keket diawali penampilan beberapa tokoh yang kemudian akan menjadi wasit atau juri pertarungan keket. Para tokoh atau juri (umumnya terdiri 4 orang) terjun ke arena atau panggung lalu menari-nari dengan iringan musik tradisi.

Para tokoh penari tersebut, semata-mata bukan sekedar sebagai pembuka acara keket, tapi cenderung sebagai pawang dengan tampilan tari ritual dengan tujuan untuk mengamankan dan menjaga kemungkinan menjaga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan saat keket berlangsung.

Karena keket sebagai tradisi yang dipertontonkan, selanjutnya diatura dengan ketentuan perkelahian dan bahkan dinilai seperti permainan tinju atau sumo. Menjelang memasuki arena pinggang pelaku keket (tokang keket) diikat dengan sarung. Dan fungsi sarung tersebut selain sebagai ciri dari tradisi keket, juga untuk melerai, bila terjadi pergumulan yang mengikat. Juri tinggal menarik ikat sarung tersebut, selanjutnya dilakukan keket kembali.

Keket akan berakhir bila salah satu lawan jatuh dan tidak mampu lagi untuk bertarung kembali.

Penulis: Syaf Anton Wr

Baca Juga :
  • Ketokohan Arya Wiraraja
  • Pencegahan dan Kesehatan Masyarakat Madura

Judul dibawah, juga berhubungan

  1. Penyebaran Islam di Sumenep dan Perkembangannya
  2. Merawat Habitat Demi Kelestarian Kehidupan
  3. Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya Madura
  4. Problematika dan Perkembangan Bahasa Sastra Madura
  5. Topeng Dalang Madura, Mulai Terkikis Jaman?
  6. Adat Buat Tangah Cara Redam Emosi Perselisihan
  7. Rekonstruksi Budaya Madura
  8. Sulitnya Mengubah Citra Madura
  9. Revitalisasi Spirit Etika Telah Pudar?
  10. Memaknai Kembali Celurit Madura

Silakan cari tulisan yang lain dibawah ini;
cari cara praktis KLIK, dan mohon dukungan:. DONASI

Komentar Anda(2)

Jonathan said on 16-03-2016

Memang, masyarakat madura sangat berbudaya

Reply
Lontar Madura said on 17-03-2016

Semua masyarakat berbudaya dan sama-sama mempunyai perangkat budaya, namun bedanya dalam bentuk dan implementasinya

Reply

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • audio
    Musik Saronèn
    http://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2018/10/Saronen-Sarka.mp3
    Irama "Sarka'" Musik Tradisi Madura
  • Terbaru

    • Bhuju’ Tamonè, Menjauhkan Ari-ari dari Tanah
    • Rokat Tase’ Bentuk Syukur kepada Tuhan
    • Pendapat Ahli Tentang Labãng Mèsem
    • Meluruskan Makna Labãng Mèsem
    • Sekitar Penyebutan Labãng Mèsem
  • Komentar Anda

    • ZDNE on Madura dalam Gelombang Reformasi
    • Lontar Madura on Kirab Perahu Hias di Pulau Poteran
    • henri nurcahyo on Kirab Perahu Hias di Pulau Poteran
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Lontar Madura on Kisah Putri Nandi dari Sampang
  • Marlena
    Klik dan baca resensinya

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close