Tahapan Membangun Rumah Bagi Masyarakat Sumenep

Prosesi nyabâ’ bâto saréyang

  1. Mengundang atau memberitahukan pada kerabat dan tetangga, dengan istilah jhâk-ngajhâk ngalé dhâsar (mengajak untuk menggali pondasi), dan berkumpul malam hari H, untuk arasol (selamatan), yang disuguhi nasi putih dengan lauk ayam dan telur kella pathé (kowa paté: sayur pati/santan) dengan sambal bujâ cabbhi (garam dan lombok), sedang di tengah tempat kenduri ada nas iditempatkan pada idângan (baki hidangan) dengan lauk sekkol tono (serundeng: parutan kelapa bakar ) dan sebutir telur ayam, untuk dibawa pulang oleh kyainya nanti.
  2. Pada pagi harinya (hari H) para kerabat dan tetangga berdatangan dengan membawa perkakas tukang untuk ngalé dhâsar (menggali tanah untuk pondasi) disesuaikan dengan hari tanggal serta jamnya, yang diawali penggalian oleh tuan dan nyonya rumah. Setelah selesai penggalian maka tuan dan nyonya rumah nyabâ’ bâto saréyang (meletakkan batu pertama) di posisì yang telah ditentukan. Pada umumnya yang hadir dan menyaksikan banyak dan bisa mencapai puluhan orang. Dan kehadiran kerabat dan tetangga semata-mata merasa ikut bangga dan perhatian. Maka tak heran perhatian tersebut mereka juga turun membangunnya.
  3. Setelah selesai nyabâ’ bâto saréyang, maka tuan rumah mengadakan selamatan orabbhâ palotan (ketan dikasih parutan kelapa)
  4. Dalam proses pengerjaan setiap hari tuan rumah cukup menyediakan sarapan berupa orabbhâ palotan, makan siang, bân-abânan (camilan setelah sholat duhur) dan makam malam (disone hari), selama tiga hari, setelah tiga hari maka sé kaajhâghân (kerabat tetangga yang datang membantu) tidak membantu lagi dan diteruskan oleh tokang ban panjhâk (tukang  dan pembantunya) dengan bayanan seperti pada umumnya.
  5. Selama tiga hari sé kaajhâghân diberi sarapan ketan, dan pada hari pertama untuk makan siang dan malam tidak boleh berlauk ikan yang ada darahnya seperti daging sapi, kambing, ayam dan ikan laut, hanya boleh lauk telur, tahu dan tempe. Juga selama membangun rumah semua bekerja, dengan suguhan makan tidak boleh diberi ghangan  marongghi (sayur daun kelor).
  6. Setelah pembangunan rumah selesai dan akan ditempati maka tuan rumah mengundang kerabat dan tetangga untuk melakukan ritual selamatan, yakni dengan mengaji surat Yasin, surat Yusuf dan surat Mariyam, lalu berdo’a dipimpin oleh kiai kemudian makan bersama.

Penulis: Tadjul Arifin R; Editor: Syaf Anton

Tulisan berkelanjutan:

  1.     Tahapan Membangun Rumah Bagi Masyarakat Sumenep
  2.     Tidak Sembarang Tempat Membangun Rumah
  3.     Mitos dan Membaca Kondisi Lingkungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.