Seni Tradisi Madura Sebagai Penetrasi Budaya Global
Lilik Rosida Irmawati

(foto: MaduraAdventure)
Karakteristik budaya etnik Madura dalam konstelasi kebudayaan Nasional, memiliki ciri dan warna yang barangkali “jarang” dimiliki kebudayaan daerah lainnya, fenomena ini dapat dibuktikan dari penyebaran Etnis Madura di berbagai pelosok Indonesia masih tetap mempertahankan nilai-nilai budaya ke”madura”annya. Meski sebenarnya berhadapan dengan berbagai ragam budaya dimana mereka hidup dan berkembang
Warna lokal (baca; Madura) yang demikian melekat di du tengah masyarakat merupakan kontribusi yang menjadi kekentalan ciri khas warga Madura. Warna keetnisan inilah yang memungkinkan Madura menjadi simbol dan memiliki berbagai konotasi dengan berbagai penilaiannya.
Kalangan urbanism dan yang exodus ke luar Madura dalam kurun waktu yang cukup panjang menjadi pembenaran adanya suatu sikap dan perilaku Madura, sebagai mana terlihat di berbagai wilayah Nusantara ini.
Indentitas Madura Melalui Seni Budaya Lokal
Seni budaya Madura merupakan unsur kebudayaan masyarakat Madura yang hidup dan berkembang selaras dengan perubahan-perubahan masyarakatnya. Berbagai ragam kesenian yang tumbuh di masyarakat merupakan kesepakatan yang tidak dapat ditolak untuk menjadi perangkat budaya masyarakat setempat. Dan pada gilirannya, seni yang hidup di Madura menjadi tradisi dan mengikuti dalam tatanan kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat tradisional, kesenian (tradisional) merupakan bagian penting dari proses kehidupan masyarakat, dengan berbagai ragam, maksud dan tujuan, sehingga seni budaya menjadi “patokan” keberadaan keetnisan Madura.
Judul dibawah, juga berhubungan
- Tradisi Carok Pada Masyarakat Madura
- Cerita Kangean; Menjadi Bajak Laut
- Lestarinya Tradisi, Mempertahankan Indentitas Lokal
- Komunikasi Orang Madura Perantauan
- Eksistensi dan Fenomena Bahasa Madura
- Budaya Dasar Masyarakat Madura
- Pengembangan Pariwisata Budaya Madura
- Madura Masa Lalu Kini dan Masa yang Akan Datang (2)
- Berperilaku Sesuai Budaya dan Kelompoknya
- Blater Sebagai Sosok “Kesatria Lokal”