Sekilas Tentang Masyarakat Pandalungan

  1. Singo ulung

Singo ulung adalah tarian rakyat dari Kabupaten Bondowoso. Dalam legendanya, Singo Ulung merupakan gelar yang diberikan kepada seseorang yang bernama Juk Seng, bangsawan dari Blambangan yang suka mengembara. Dalam pengembaraannya ke arah barat, secara tidak sengaja memasuki hutan yang dipenuhi tumbuhan belimbing. Kedatangan Singo Ulung ke hutan belantara menarik perhatian Jasiman, seorang tokoh yang hidup di wilayah hutan tersebut. Jasiman terpanggil untuk menjajal kesaktian Singo Ulung. Keduanya terlibat pertarungan dan berusaha saling mengalahkan. Karena sama-sama sakti, pertarungan berjalan dengan seimbang. Akhirnya Juk Seng dan Jasiman bersahabat.

  1. Kentrung

Seni kentrung adalah pelantunan pantun Madura yang diiringi bunyi rebana atau terbang. Seni ini masih banyak dijumpai di kantong-kantong kebudayaan Madura di wilayah tapal kuda.Tokoh kentrung yang terkenal bernama Nur Subakti yang telah menjadi seniman kentrung sejak tahun 1945, diawali dari kesukaannya berpantun. Ia bermain kentrung karena merasa sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya. Semula ia mencoba mengamen, menjajakan kemahirannya dalam seni kidung pantun (paparegan Madura) dari kampung ke kampung dengan satu terbang yang dimilikinya. Rupanya keterampilan berpantun dengan terbang tersebut menjadi sendi mata pencaharian yang mapan sampai tahun 1956. Berkat jasanya, seni kentrung berkembang hingga saat ini.

  1. Janger

Janger adalah sandiwara rakyat yang pementasannya mirip dengan ketoprak yang terdapat dalam wilayah kebudayaan Jawa. Janger berpentas hingga pagi hari. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Madura.

  1. Jaran kencak

Jaran kencak atau kuda kencak adalah kuda yang dilatih menari. Selain menari, kuda ini juga mengenakan aksesoris warna-warni. Hewan-hewan yang pandai menari ini biasa ditanggap untuk memeriahkan hajatan atau upacara-upacara tertentu.

Di wilayah ini juga berkembang produk-produk kesenian yang bernuansa Islam seperti hadrah, samroh, dan japin. Ketiga bentuk kesenian ini tumbuh dengan subur di kantong-kantong Islam kultural, terutama di pesantren-pesantren. Karena keterbukaan dan sifat akomodatifnya, di di Jember, salah satu kantong budaya pandalungan muncul festival mode global yang dikenal dengan Jember Fashion Carnaval (JFC). Gaung JFC cukup luas, bahkan mendunia. Saat JFC digelar, beratus-ratus model menapaki catwalk jalanan sepanjang 3,6 kilometer mulai dari pelataran kantor Pemkab Jember hingga Gelanggang Olah Raga Jember.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.