Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
    • Baca dan Ikuti Kisah Bersambung: Marlena
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 3)

▲ Menuju 🏛 Home ► Sejarah Madura ► Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 3)

Ditayangkan: 25-05-2011 | dibaca : 4,614 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Panembahan Baribin Sepudi

Kuburan Panembahan Baribin Sepudi

Seperti telah dipaparkan di depan bahwasanya Syd. Ali Murtadla atau Sunan Lembayung Fadal juga yang dikenal dengan sebutan Rato Pandita bertempat di Pulau Sepudi, tempat pedukuhannya disebut dengan Asta Nyamplong, karena bilamana Sang Sunan melakukan dzikir selalu memakai buah nyamplong yang diuntai dengan tali dijadikan tasbih. Para santrinya ikut melakukannya, sehingga banyak yang menanam pohon nyamplong yang dikemudian hari dikenal dengan Asta Nyamplong.

Sebagai penyebar agama Islam tentunya Sunan Lembayung Fadal selalu menganjurkan para masyarakat setempat untuk menjalankan agama Islam dengan baik dan sempurna, selain shalat juga dianjurkan banyak berdzikir kepada Allah SWT. Jadi sistem pedekatan (taqarrub) kepada sang Kholiq lebih diutamakan, karena bertujuan untuk menghilangkan kotoran hati bagi manusia, dengan jalan membersihkannya dengan dzikir disamping kewajiban dasar seperti shalat, puasa, zakat, serta lain-lain. Para santrinya kian lama semakin banyak, bukan saja dari pulau setempat bahkan dari luar pulau seperti dari Madura, pulau Lombok, dan pulau-pulau sekitarnya, datang untuk memperdalam  agama Islam.

Sunan Lembayung Fadal mempunyai seorang istri bernama Dewi Maduratna putri dari Arya Baribin, sedangkan Arya Baribin keturunan yang ke enam dari Prabu Banyak Wangi Raja Pajajaran. Dari perkawinan tersebut dikaruniai tiga orang putra dan seorang putri, antara lain yakni :

Syd. Utsman Haji yang setelah dewasa disuruh berguru kepada Syd. Maulana Malik Ibrahim Gresik, dan kemudian menetap di Ngundung serta dikenal dengan nama Sunan Ngundung.

Syd. Haji Ustman, ditugaskan di Mandalika pulau Lombok yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Manyuran Mandalika,

Ageng Tondo bersuamikan Khalifah Husain yang dikenal dengan nama Sunan Kertayasa bertempat di Madura, hanya tidak jelas dimana Maduranya, dan perkiraan sementara berada di Sampang.

Pangeran Pulang Jiwo, yang setelah dewasa dikawinkan dengan salah seorang putri dari Sunan Ampel yang bernama Siti Syari’ah, namun perkawinannya dengan putri Sunan Ampel tidak banyak dikupas dalam sejarah.

Tulisan bersambung

  1. Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 1)
  2. Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep(2)
  3. Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 3)

Pangeran Pulang Jiwo tidak seperti saudara-saudaranya yang lain, beliau tidak merantau tapi tetap berada di pulau Sepudi, mendampingi ayahandanya Sunan Lembayung Fadal. Selain mendalami syariat Islam Pulang Jiwo juga mempelajari ilmu kanuragan, sehingga dengan masyarakat Sepudi dianggap sebagai seorang Raja, karena setiap ada serangan dari perompak laut disekitar pulau Sepudi beliaulah yang turun tangan untuk menumpasnya kemudian para perompak yang sudah kalah ditawan di Sepudi, disana mempelajari ajaran Islam dan sesudah selesai maka kembali pulang ke kampung halamannya dan menjadi penganut Islam yang taat. Tapi ada juga yang menetap di Sepudi untuk mengabdi kepada Pulang Jiwo.

Pages: 1 2 3

Dibawah layak dibaca

Komentar Anda(4)

budi saja said on 11-11-2013

mungkin, kemungkinan memanglah Pangeran Adirasa bertapa diatas ilalang atau di pucuk ombak. tidak akan menjadi sebuah ketakhayulan jika memang terjadi seperti itu. mungkin yang Maha Kuasa telah mengijinkan seperti itu. Karena seperti diketahui khalayak, ilmu ada dua macam. ilmu nalar/aqli/husuli dan ilmu rasa/ruhani/huduri. mungkin bisa seperti itu.

Reply
arifin bakti nur rochman said on 26-06-2012

bisa nggak saya dapat informasi yang mendalam tentang pangeran adirasa? bagaimana caranya, mohon infonya yha . terima kasih

Reply
admin said on 26-06-2012

Trims. Kami akan coba merefleksikan dalam bentuk tulisan nanti. Tunggu posting selanjutnya

Reply

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Marlena
Lilik Soebari
Babad Madura Line
    • Membumikan Kembali Tradisi Barzanji
      In Tradisi Madura
    • Islam di Madura dan Kebangsaan
      In Budaya Madura
    • Bahasa Madura Sebagai Alat Pemersatu Orang Madura
      In Sastra Madura
    • Posisi Bangsawan Madura Era Penjajahan Belanda
      In Sejarah Madura

  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • Diminati

    • Tembang Macapat Madura dan Sejarah Pengembangannya
    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan
    • Asal Usul Leluhur Orang Madura
    • Inilah Silsilah Asta Sindir dan Para Adipasi Sumenep
    • Pelet Kandung, Upacara Kehamilan Masyarakat Madura

ALBUM LAGU MADURA

 

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close