R. A. Mangkuadiningrat, Tokoh Pejuang Keluarga Bangsawan

Komandan Resimen 35 Jokotole Madura Saat Terjadi Clash dengan Belanda Tahun 1947

R.A. Mangkuadiningrat
R.A. Mangkuadiningrat

Mayor Raden Ario Mangkuadiningrat oleh masyarakat Madura memang tidak banyak dikenal Sumenep. Namun nama ini banyak memberikan kontribusi besar perjuangan bangsa. Beliau merupakan salah satu tokoh yang cukup berperan dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan RI pada awal kemerdekaan. Bagi masyarakat Sumenep sendiri akrab memanggil Ja Mangko (Ja; sebutan te-Arja (aria/ario) dan Mangko asal ucap Mangku).

Menarik kilas perjuangan Ja Mangko atau Mayor Raden Ario Mangkuadiningrat, kala itu Madura sudah mulai menata kedaaan di dalamnya juga tidak bisa lepas dari kedatangan bangsa asing. Barisan-barisan militer yang baru terbentuk, dan jaringan pejuang yang dikenal dengan barisan Sabilillah dan berbasis kalangan pesantren bahu membahu mengusir Belanda untuk kedua kalinya.

Nah, ketika clash kembali terjadi, yakni di tahun 1946-1947, Mayor Mangkuadiningrat merupakan salah satu tokoh yang berada di balik perjuangan tersebut. Posisinya di militer kala itu dan latar belakangnya sebagai anggota kalangan bangsawan di Sumenep membuat pengaruhnya di kalangan pejuang kita lumayan besar. Tak sedikit buah pikiran dan tindakannya yang dibutuhkan di saat-saat genting waktu itu.

Siapa Mayor Mangkuadiningrat

Nama lahir beliau adalah R. B. Ahmad Murtadla atau yang selanjutnya berubah menjadi Raden Ario Mangkuadiningrat lahir di Sumenep pada tahun 1904 Masehi. Ayahnya bernama Raden Ario Mangkuamijoyo (Amir), dan ibunya bernama Raden Ajeng Zamzamiyah.

Secara nasab, dari pihak laki-laki (pancer) ayahnya berasal dari keluarga bangsawan Pamekasan yang bersusur galur ke keluarga Cakraningrat Bangkalan. Kakek dari pihak ayahnya adalah mantan bupati Pamekasan yang mengundurkan diri, yaitu Pangeran Adipati Suryokusumo (Raden Banjir). Hubungan dengan keraton Sumenep didapat dari pihak ibu Pangeran Adipati Suryokusumo, yaitu Raden Ajeng Afifah atau Ratu Pamekasan, putri sulung Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat.

Sedangkan ibu dari Raden Ario Mangkuadiningrat, Raden Ajeng Zamzamiyah adalah keturunan langsung dari Kangjeng Kiai Adipati Ario Suroadimenggolo ke-V, Kepala Adipati atau hoofd regent di Semarang yang diasingkan hingga ke Sumenep, karena antipatinya terhadap Belanda.

Ja Mangko atau Pak Mangku (panggilan akrabnya di kalangan militer) merupakan anak pertama dari 7 bersaudara. Selepas menjalani pendidikan umum di masa kecilnya, Pak Mangku mengikuti pendidikan militer di Malang.

Selepas pendidikan, Pak Mangku bergabung di kemiliteran hingga Indonesia lepas dari Belanda dan Jepang dengan adanya proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Pak Mangku selanjutnya ditempatkan di Resimen 35 Jokotole Madura yang waktu itu berkedudukan di Pamekasan, dengan jabatan Kepala Staf Resimen dengan pangkat Mayor. Sedangkan komandan resimennya adalah Letnan Kolonel R Candra Hasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.