Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Problematika dan Perkembangan Bahasa Sastra Madura

▲ Menuju 🏛 Home ► Sastra Madura ► Problematika dan Perkembangan Bahasa Sastra Madura

Ditayangkan: 01-11-2012 | dibaca : 8,710 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

bahasa-sastra-madura

oleh : Syaf Anton Wr

Bahasa dan sastra merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga sering diibaratkan sebagai dua sisi dari sekeping mata uang. Secara umum dapat dikatakan bahwa tidak akan pernah ada karya sastra yang dapat melepaskan diri dari peran bahasa sebagai alat ungkapnya. Demikian pula halnya dengan bahasa dan sastra daerah, keterikatan dan ketergantungan satu dengan lain sangat erat hubungannya.

Bahasa sastra daerah sebagaimana yang ada selama ini menunjukkan perubahan yang kurang menguntungkan bila dibanding pada masa-masa sebelumnya. Hal ini juga diakui oleh sejumlah pemerhati bahasa dan sastra daerah dari sejumlah wilayah. Secara umum problematika pengembangan bahasa dan sastra daerah lantaran terjadinya perubahan sosio cultural masyarakat dalam memahami hakikat bahasa ibunya sendiri. Hal ini memicu lahirnya keterasingan bahasa dan sastra daerah  yang juga dihawatirkan terjadinya kemunduran penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa yang diagung-agungkan Masyarakat penuturnya.

Sebenarnya, kondisi bahasa, sastra, dan aksara daerah saat ini sudah berkali-kali dibentangkan, disedihkan, ditangiskan, dan dijeritkan oleh para pemeduli bahasa daerah dalam kongres-kongres bahasa daerah pada Kongres Bahasa Bali, Kongres Bahasa Jawa, termasuk dalam Kongres Bahasa Madura beberpa waktu lampau.

Seandainya bahasa-bahasa Nusantara lainnya dengan jumlah penutur yang besar, seperti bahasa Dayak, bahasa Batak, bahasa Bugis, dan lain-lainnya, juga mengadakan kongres bahasa daerah semacam Kongres Bahasa Bali, Kongres Bahasa Jawa, dan Kongres Bahasa Madura potret yang akan disajikan tentang kondisinya akan senada, yaitu potret yang suram.

Seperti halnya yang terjadi pada bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia, pemakaian bahasa daerah tampaknya mulai (sudah)  terdesak oleh pemakaian bahasa Indonesia. Sebagai ilustrasi, jika dalam keluarga terdapat ayah yang berpenutur asli bahasa daerah setempat dan ibu yang berpenutur asli bahasa daerah yang beda, komunikasi antara suami istri lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah, yaitu bahasa Indonesia. Komunikasi antara orang tua dan anak pun selalu menggunakan bahasa Indonesia, meski dalam keluarga dari suku yang sama. Dengan demikian dalam konteks satu keluarga bisa jadi akan terjadi bahasa kominikasi mereka, baik dalam keluarga maupun lingkungannya dengan menggunakan multibahasa atau bahasa etnik pendalungan (pinjam isitilah Prof. Ayu Sutarto).

Kemampuan bermultibahasa pun terjadi bukan saja dalam bahasa komunikasi sehari-hari. Diwilayah yang memiliki kekuatan kebudayaan dalam lingkungan kerabat keratonpun (yang dianut generasinya) tidak jauh berbeda dengan masyarakat di luar keraton. Kemampuan mereka dalam berbahasa Indonesia lebih baik daripada kemampuan berbahasa ibunya. Faktor penyebabnya antara lain pengaruh modernisasi yang tidak mungkin dihindari, anggapan bahwa penggunaan bahasa Indonesia lebih praktis daripada bahasa daerah, menambahkan keyakinan bahwa kemampuan bahasa daerah kurang memiliki nilai ekonomis, dan lain-lain.

Ironisnya keberlangsungan “menafikan” bahasa daerah ini kerap juga dilakukan oleh para petinggi daerah di Madura yang berasal dari daerah setempat yang sering menggunakan bahasa Indonesia dengan logat bahasa daerah lain.

Pages: 1 2 3

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • toraRadar Madura Luncurkan Buku Carpan Madura “Tora”
      📚 Peristiwa Madura
    • Kesenian Pangkak: Upacara Pemotongan Padi
      📚 Tradisi Madura
    • Geliat Sastra Madura di Bondowoso
      📚 Sastra Madura
    • Lombang Desa Eksotik Berpotensi Wisata Pantai Nasional
      📚 Peristiwa Madura
    • Menegakkan Kembali Citra Budaya Madura
      📚 Budaya Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close