Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • Merawat Madura
    • Gerbang Madura
    • Sejarah Madura
  • Lokalitas
    • Sastra Madura
    • Budaya Madura
    • Tradisi Madura
  • Ragam
    • Artikel Madura
    • Peristiwa Madura
    • Aneka Peristiwa
  • Pesohor
    • Tokoh Madura
    • Wisata Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Tempat Penginapan dan Hotel di Madura
    • Jarak Antar Kabupaten-Kota di Jawa Timur
    • Jarak Antar Kota dan Provinsi di Pulau Jawa-Madura-Bali
    • Mohon Dukungan Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Daftar Isi
    • Sitemap
    • WPMS Html Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Marlena, Perjalanan Panjang Perempuan Madura
    • Mutiara yang Terserak
    • Tembhang Macapat Madura
    • Dewan Kesenian di Madura Dihidupkan Lagi?
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Madura Eksodus
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Madura Dalam Gambar
    • Babad Madura
  • Telusur
    • Penelusuran Praktis Tulisan Lontar Madura
    • Peta Lokasi Lontar Madura

Problematika dan Perkembangan Bahasa Sastra Madura

Menuju > Home | Artikel Budaya | Problematika dan Perkembangan Bahasa Sastra Madura

Ditayangkan: 01-11-2012 | dibaca : 8,156 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

bahasa-sastra-madura

oleh : Syaf Anton Wr

Bahasa dan sastra merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga sering diibaratkan sebagai dua sisi dari sekeping mata uang. Secara umum dapat dikatakan bahwa tidak akan pernah ada karya sastra yang dapat melepaskan diri dari peran bahasa sebagai alat ungkapnya. Demikian pula halnya dengan bahasa dan sastra daerah, keterikatan dan ketergantungan satu dengan lain sangat erat hubungannya.

Bahasa sastra daerah sebagaimana yang ada selama ini menunjukkan perubahan yang kurang menguntungkan bila dibanding pada masa-masa sebelumnya. Hal ini juga diakui oleh sejumlah pemerhati bahasa dan sastra daerah dari sejumlah wilayah. Secara umum problematika pengembangan bahasa dan sastra daerah lantaran terjadinya perubahan sosio cultural masyarakat dalam memahami hakikat bahasa ibunya sendiri. Hal ini memicu lahirnya keterasingan bahasa dan sastra daerah  yang juga dihawatirkan terjadinya kemunduran penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa yang diagung-agungkan Masyarakat penuturnya.

Sebenarnya, kondisi bahasa, sastra, dan aksara daerah saat ini sudah berkali-kali dibentangkan, disedihkan, ditangiskan, dan dijeritkan oleh para pemeduli bahasa daerah dalam kongres-kongres bahasa daerah pada Kongres Bahasa Bali, Kongres Bahasa Jawa, termasuk dalam Kongres Bahasa Madura beberpa waktu lampau.

Seandainya bahasa-bahasa Nusantara lainnya dengan jumlah penutur yang besar, seperti bahasa Dayak, bahasa Batak, bahasa Bugis, dan lain-lainnya, juga mengadakan kongres bahasa daerah semacam Kongres Bahasa Bali, Kongres Bahasa Jawa, dan Kongres Bahasa Madura potret yang akan disajikan tentang kondisinya akan senada, yaitu potret yang suram.

Seperti halnya yang terjadi pada bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia, pemakaian bahasa daerah tampaknya mulai (sudah)  terdesak oleh pemakaian bahasa Indonesia. Sebagai ilustrasi, jika dalam keluarga terdapat ayah yang berpenutur asli bahasa daerah setempat dan ibu yang berpenutur asli bahasa daerah yang beda, komunikasi antara suami istri lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah, yaitu bahasa Indonesia. Komunikasi antara orang tua dan anak pun selalu menggunakan bahasa Indonesia, meski dalam keluarga dari suku yang sama. Dengan demikian dalam konteks satu keluarga bisa jadi akan terjadi bahasa kominikasi mereka, baik dalam keluarga maupun lingkungannya dengan menggunakan multibahasa atau bahasa etnik pendalungan (pinjam isitilah Prof. Ayu Sutarto).

Kemampuan bermultibahasa pun terjadi bukan saja dalam bahasa komunikasi sehari-hari. Diwilayah yang memiliki kekuatan kebudayaan dalam lingkungan kerabat keratonpun (yang dianut generasinya) tidak jauh berbeda dengan masyarakat di luar keraton. Kemampuan mereka dalam berbahasa Indonesia lebih baik daripada kemampuan berbahasa ibunya. Faktor penyebabnya antara lain pengaruh modernisasi yang tidak mungkin dihindari, anggapan bahwa penggunaan bahasa Indonesia lebih praktis daripada bahasa daerah, menambahkan keyakinan bahwa kemampuan bahasa daerah kurang memiliki nilai ekonomis, dan lain-lain.

Ironisnya keberlangsungan “menafikan” bahasa daerah ini kerap juga dilakukan oleh para petinggi daerah di Madura yang berasal dari daerah setempat yang sering menggunakan bahasa Indonesia dengan logat bahasa daerah lain.

Pages: 1 2 3

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • audio
    "Apen Parsanga"
    http://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2019/06/Lagu-Madura-Apen-Parsanga.mp3
    Lagu Madura dari Sumenep
  • Terbaru

    • Benarkah Taman Sarè Keraton Sumenep Tempat Mandi Putri Raja?
    • Aretan Sapi dari Kerapan dan Sape Sono’
    • Media Massa dalam Membentuk Stereotip Etnis Madura
    • Media dan Stereotip Terhadap Etnis Madura
    • Pamekasan Pada Masa Pemerintahan Adipati Ario Adikara
  • Komentar Anda

    • sinau on Sekilas Raja dan Tokoh Penting Bangkalan
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Ahmad junaidi qurthubi on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Agus Hariadi on Sekilas Raja dan Tokoh Penting Bangkalan
  • Jumlah Pengunjang

    • Asal Usul Leluhur Orang Madura - 92,199 views
    • Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep - 48,657 views
    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan - 42,420 views
    • Tembang Macapat Madura dan Sejarah Pengembangannya - 38,413 views
    • Puisi Madura: Abdul Gani - 35,444 views

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close