Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • Merawat Madura
    • Gerbang Madura
    • Sejarah Madura
  • Lokalitas
    • Sastra Madura
    • Budaya Madura
    • Tradisi Madura
  • Ragam
    • Artikel Madura
    • Peristiwa Madura
    • Aneka Peristiwa
  • Pesohor
    • Tokoh Madura
    • Wisata Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Mutiara yang Terserak
    • Tempat Penginapan dan Hotel di Madura
    • Jarak Antar Kabupaten-Kota di Jawa Timur
    • Mohon Dukungan Domasi
    • Jarak Antar Kota dan Provinsi di Pulau Jawa-Madura-Bali
  • Konten
    • Daftar Isi
    • Sitemap
    • WPMS Html Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Komentar dan Saran Anda
    • Kirim Artikel
  • Hantaran
    • Marlena, Perjalanan Panjang Perempuan Madura
    • Tembhang Macapat Madura
    • Dewan Kesenian di Madura Dihidupkan Lagi?
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Madura Eksodus
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Madura Dalam Gambar
    • Babad Madura
  • Telusur
    • Penelusuran Praktis Tulisan Lontar Madura
    • Peta Lokasi Lontar Madura

Peran Andang Taruna dalam Pembabatan Giliyang

Home Peran Andang Taruna dalam Pembabatan Giliyang

Ditayangkan: 22-04-2015 | dibaca : 3,671 pengunjung
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Salah satu sudur Pulau Gili Yang

Sebagaimana telah disinggung didepan bahwa Andang Taruna dan adiknya Jaya Pranamempunyai perang yang cukup penting dalam pembabatan Giliyang. Kedua tokoh ini menjadi pembuka jalan utama bagi para generasi selanjutnya. Penting untuk dicatat bahwa di awal pembabatan Giliyang Sumenep berada dalam          pemerintahan Pangeran Yudanegara (1648-1672 M) pengganti Tumenggung Jaing Patih. Dalam catatan raja-raja Sumenep, ia di catat sebagai seorang pemimpin yang religius, pencinta ilmu dan kebijaksaan.

Berkat jasa ia mampu mengambalikan stabilitas sosial-politik dan ekonomi kerakyatan sebelumnya tercabik oleh penguasa. Ia berhasil memajukan seni dan budaya yang tumbuh diSumenep, ketika terjadi permasalah ia segan-segan ia mengundang ahli dibidangnya ikut serta dalam menukan solusi dalam permasalahan tersebut sehingga segala permasalah dapat diselesaikan dengan sempurna.

Pangeran Yudanegara mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Raden Trunojoyo (putra Demang Melayakusuma), semenjak keduanya nyantri di pesantren Giri. sedangkan Trunojoyo sendiri adalah mertua dari Karaeng Galesong ( seorang pejuang dari kota Makasar). Dari fakta diatas dapat kita pahami, mengapa andang taruna dan adiknya Jaya Pranamenjadikan Giliyang sebagai obyek pembabatan, tentu saja hal erat hubungannya dengan daeng galesung, tidak menutup kemungkinan kedua bersaudara ini, telah menajalin hubungan erat dengan daeng galesung ketika sama-sama berjuang melawam kolonialisme di makasar yang berakhir dengan perjanjajian bongaya (1667). Lalu mereka sama-sama hijrah dari tanah kelahirannya.

Menarik untuk dikaji, perjalanan pembabatan yang berjalan mulus, kedua bersaudara ini membabat Giliyang tanpa ada hambatan dari kalangan pemerintah. Sebuah fakta yang mustahil bisa teralisasi tanpa dibangun diatas hubungan diplomatik yang kuat antara kedua belah pihak. Berdasarkan pisau analisa diatas, tidak menutup kemungkinan andang taruna dan Jaya Pranatelah menjalin hubungan yang kuat dengan kerajaaan Sumenep melalu perantara daeng galesung. Hubungan ini sangat berpengaruh terhadap kesuksesan pembabatan dipulau Giliyang, bahkan hubungan ini tetap berlanjut sampai daeng karaeng mushalleh dan anak keturunanya dipulau Giliyang.

Jaya Prana

Didepan telah disinggung tentang siapa sebenarnya Jaya Prana, dikatakan bahwa ia adalah adik dari Andang Taruna pioner pembabatan Giliyang, juga berasal dari kota para Daeng di daerah Sulawesi Selatan. Secara historis ia datang ke Giliyang dengan alasan yang tidak jauh berbeda dengan kakaknya, yaitu menghidar dari sewenang wenangan belanda yang bertindak semena-mena kepada rakyat makasar. Selain itu ia mempunyai tanggung jawab dakwa mengibarkan panji-panji Islam juga menjaadi salah satu motif utama dibalik hijrahnya keGiliyang, seperti yang telah disebutkan di awal bahwa ia berjuang bersama sang kakak dalam pembaban, bergulat dengan alas rimba yang masih rimbun dengan pepohonan, sampai kakaknya andang taruna wafat pada tahun 1671.

Pages: 1 2 3

Baca Juga :
  • Dari Bajo sampai Terdampar di Pulau Sapeken
  • Busana Pernikahan Adat Masyarakat Madura

Judul dibawah, juga berhubungan

  1. Tradisi Pengantin Anak di Pulau Talango Sumenep
  2. Musik Tradisi Ba’beng, Dimainkan untuk Dakwah
  3. Naje’ Tampar: Cermin Kultus Harga Diri Orang Madura
  4. Tradisi Sandur Sampang
  5. Alalabang, Tradisi Lisan Ditengah Gempuran Kesenian Modern
  6. Tradisi Komantanan Sampang Suku Madura
  7. Menilik Kembali Kesenian Alalabang
  8. Tradisi Pernikahan Sebagai Komodifikasi Sosial Masyarakat Madura
  9. Sintung Media Penyatuan Diri pada Sang Pencipta
  10. Tradisi Perahu Tenggelam di Pulau Kambing

Silakan cari tulisan yang lain dibawah ini;
cari cara praktis KLIK, dan mohon dukungan:. DONASI

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • audio
    Musik Saronèn
    http://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2018/10/Saronen-Sarka.mp3
    Irama "Sarka'" Musik Tradisi Madura
  • Terbaru

    • Bhuju’ Tamonè, Menjauhkan Ari-ari dari Tanah
    • Rokat Tase’ Bentuk Syukur kepada Tuhan
    • Pendapat Ahli Tentang Labãng Mèsem
    • Meluruskan Makna Labãng Mèsem
    • Sekitar Penyebutan Labãng Mèsem
  • Komentar Anda

    • ZDNE on Madura dalam Gelombang Reformasi
    • Lontar Madura on Kirab Perahu Hias di Pulau Poteran
    • henri nurcahyo on Kirab Perahu Hias di Pulau Poteran
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Lontar Madura on Kisah Putri Nandi dari Sampang
  • Marlena
    Klik dan baca resensinya

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close