Pencegahan dan Kesehatan Masyarakat Madura

Semua ritual yang dilakukan menunjukkan bahwa budaya Madura erat kaitannya dengan konsep makrokosmos-mikrokosmos pada pemahaman (budaya) Jawa. Keserasian hubungan antara mikrokosmos (alam kecil = alam manusia) dan makrokosmos (alam besar, jagad raya, Tuhan Semesta Alam) mrupakan pangkal tolak terwujudnya kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Sementara itu ketidak harmonisan hubungan antaranya merupakan pangkal dari gangguan kesehatan, wabah penyakit dan ketidak tentraman. Akulturasi budaya Jawa-Madura ini memang terjadi sejak masa lampau, yaitu ketika masa kejayaan kerajaan hindu Singosari, Mojopahit dan kerajaan Islam Demak, Pajang di Jawa Tengah dan Mataram di Yogyakarta. Madura merupakan wilayah teritorial dari kerajan-kerajaan besar di Jawa.

Jenis-jenis upacara selamatan yang ada kepentingannya dengan pencegahan penyakit pada masyarakat Madura dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

Aburdah (menambah ketenangan /kekuatan batin bagi orang yang sakit) dan Rabu bekasan (yang didoakan untuk pengobatan penyakit).

Rokatan  Rokat asal kata barokah, umumnya dilakukan di bulan Muharram tgl 1 atau 10 yaitu rokat pekarangan, rokat bumi. Dengan tujuan mengharap terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan, nasib buruk dan segala bentuk gangguan kejahatan. Rokat pekarangan sejajar tidak ditanam, sedangkan rokat bumi sejajar ditanam.

Rokat Prakarya  dan Rokat Bumih  Dua jenis rokat ini hampir sulit dibedakan, di suatu daerah rokat bumih dianggap rokat prakarya demikian sebaliknya. Akan tetapi di daerah Dasuk dipahami rokat prakarya dilakukan dengan sesajen ayam yang disembelih tetapi bagian ayam telah dikubur sedangkan. Sedangkan rokat bumih menurut masyarakat Dasuk bagian ayam dan sesajen lainnya ditanam kebumi. Sedangkan cara melakukannya relatif tidak ada perbedaan.

Rokat Beliunih Upacara selamatan ini dilakukan untuk mengembalikan kebahagiaan dan harta yang hilang ketika meninggalnya salah satu keluarganya. Beliunih artinya kembali asal dilakukan pada hari ke-7 dari kematiannya. Cara melakukan sama dengan rokat diatas perbedaannya: ayam tidak usah dipilih yang berbulu tertentu, tidak ada yang ditanam, tidak ada jarum, telur dan ramuan. Do’a sama yang dilakukan

Rokat ngalle  Upacara ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu keberkatan hidup di suatu tempat yang baru ditempati dirumah baru. Ngalle artinya pindah, menurut Bapak Nasibah desa Gadu Barat, cara-caranya sama dengan rokat pekarangan, tetapi secara jelas belum kami ketahui karena adat ini sudah jarang dilakukan

Rokat Disah Upacara rokatan ini adalah selamatan untuk keamanan desa dan terhindarnya dari serangan penyakit mendadak biasanya dilakukan di tengah desa. Belum ditemukan cara-cara yang sebenarnya karena sudah jarang dilakukan dan dirubah pada cara-cara Islami yaitu dengan menghatamkan Al-Qur’an di Masjid. Dilakukan oleh 30 orang, kebagian membaca 1 juz do’anya sama dan makanan terserah kesepakatan masyarakat tanpa ada cara-cara yang berbau mistis, biasanya diawali dengan pembacaan al-Fatihah pada Nabi, sahabat, thabi’ien, waliyullah, para guru dan sesepuh desa yang sudah meninggal, kemudian baca Al-Qur’an sendiri-sendiri setelah selesai baca do’a pangrokat ditambah  do’a khatmil Qur’an (do’a yang ada diakhir surat-surat Al-Qur’an ) baru kemudian makan bersama.

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.