Pemberdayaan Masyarakat Madura Pasca Suramadu Melalui Agama, Budaya dan Tradisi

Dalam bayang-bayang buram modernitas ini globalisasi lalu hadir memperteguh proyek modernitas dengan dampaknya yang bersifat ganda pula. Sebagai anak modernitas, globalisasi selain telah memberikan banyak sumbangan positif bagi kehidupan masyarakat dunia, dalam banyak hal ia mengalami amnesia sehingga membawa dampak negatif. Globalisasi telah berkembang menjadi sistem tidak manusiawi, bahkan cenderung dehumanisasi dengan produk universalitas palsunya berupa disintegritas dan kemiskinan. Secara asumtif, globalisasi akan bergerak menuju kesatuan umat manusia melalui hubungan yang melampaui batas-batas wilayah, negara, etnis, dan agama. Namun dalam praktik, ia justru mengabaikan realitas partikularitas dan memaksakan homogenitas budaya. Dengan demikian, identitas budaya, etnis, dan sebagainya terancam oleh bentuk imperialisme budaya dari kelompok yang menguasai dan mengendalikan modernitas dan globalisasi.[3] Orang dan kelompok yang pertama kali menjadi korban adalah mereka yang tidak akrab dan tidak menguasai ikon-ikon modernitas tersebut.

Lebih dari itu, universalitas globalisasi juga berdampak pada terjadinya marginalisasi terhadap kelompok miskin (juga yang terbelakang pendidikannya, aa) melalui penyingkiran mereka dari komunitas dan dari hak mereka untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan sumber alam. Proses ini menjadikan kaum miskin kian tertindas[4] dan yang tidak berpendidikan terpinggirkan. Dengan demikian, globalisasi bisa menjadi proyek penyebarluasan kemiskinan karena paradigma yang dianut adalah menghasilkan sebanyak mungkin produk, tapi dengan sesedikit mungkin pekerjaan.[5] Di belakang itu globalisasi mengembangkan kekuatan yang dari saat ke saat mereduksi kekuatan politik negara, apalagi yang bersifat lokal dan sejenisnya. Tanpa respon yang tepat, dampak negatif globalisasi akan terus menggurita tanpa dapat dihentikan lagi oleh siapapun juga, termasuk negara.

Ancaman tersebut tentu bukan bersifat harga mati. Semua itu sangat tergantung kepada umat manusia yang ada dan terlibat di belakangnya. Modernitas dan globalisasi akan memetamorfosis menjadi peluang untuk pengembangan kesejahteraan kehidupan manakala orang, komunitas, dan masyarakat memiliki visi dan komitmen kuat dalam pengembangan nilai-nilai luhur agama, kemanusiaan universal, budaya dan tradisi luhur.  Pada saat yang sama mereka juga memiliki akses yang luas untuk masuk ke pusaran globalisasi dan modernitas dan mampu menguasainya.

Konretnya, pencapaian ini mengandaikan adanya manusia yang memiliki moral yang tinggi dan sekaligus kemampuan pengetahuan dan penguasaan ketrampilan memadai, serta wawasan yang luas. Dalam konteks itu, kita perlu melihat kesiapan-tidaknya masyarakat Madura untuk menjadi manusia-manusia semacam itu yang mampu menjadikan jembatan Suramadu dan modernitas sebagai peluang sebesar-besarnya bagi pemberdayaan dan kemajuan kehidupan mereka dalam berbagai aspeknya.

Tulisan bersambung:

  1. Pemberdayaan Masyarakat Madura Pasca Suramadu Melalui Agama, Budaya dan Tradisi, baca:
  2. Masyarakat Madura dan Modernitas, baca:
  3. Masyarakat Madura Pasca Suramadu, baca:

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.