Nandhãi, Upacara Sisipan Pelet Kandhung

Jalannya Upacara.

Setelah para undangan hadir, yaitu para undangan laki- laki, mengambil tempat diserambi muka, duduk di atas tikar. Undangan itu berjumlah sekitar 30 orang. Seorang Kyae, di­minta untuk memimpin pembacaan surat Jusuf dan surat Mary am, dari Al-Qur’an. Sementara para undangan laki-laki ini membaca ayat-ayat Al-Qur’an (surat Yusuf atau surat Maryam), didalam bilik Patonah,pelet kandhung mulai berlangsung.

Du­kun memelet, atau memijit Patonah dengan menggunakan mi­nyak kelapa, dengan maksud untuk mengatur letak bayi, da­lam kandungan. Sementara dukun itu memijat perutnya, seca­ra bergantian para kerabat Patonah yang tua-tua, dimulai oleh emba nyae, yaitu nenek Patonah, matowa bine, mertua perem­puan, e bu majadi, yaitu bibi, atau adik perempuan ayahnya, epar bine, ipar perempuan, secara bergantian mendatangai Patonah, mengusap perut yang tengah di pelet itu. Sambil me­ngusap perut Patonah itu, semua kerabat dan undangan itu memanjatkan harapan/doa agar bayi dan ibunya selamat.

Sementara itu suara orang yang membaca ayat suci terus ber- gumam>upacara pemeletan pada tahap pertama selesai. Dengan dibantu oleh Dukun, Patonah didudukkan dari pembaringan, kemudian dibimbing kedekat kolong, dimana seekor ayam yang sudah disiapkan itu diikat pada kaki tempat tidur. Serta merta, Patonah menyepak ayam tadi, dengan sepekan yang keras sehingga ayam itu kesakitan

Menurut petunjuk dukun, sepakan itu memang harus keras, sampai ayam itu berbunyi “keok”. Dengan terdengarnya keok ayam yang kesakitan itu, tahap pertama upacara selesai. Ayam yang masih terikat di kaki tempat tidur tadi kemudian ikatan­ nya dilepaskan oleh Mentoa bine, selanjutnya ayam itu diku­rung, dan nanti setelah upacara selesai, ayam itu diberikan kepada Dukun.

Tahap kedua pelet betteng, adalah upacara mandi. Dukun dengan bantuan mentoa binenya, menyelimuti badan Patonah dengan kain putih yang sudah disiapkan itu. Kemudian dengan bimbingan dukun, Patonah disuruh berdiri dengan kaki kanan menginjak kelapa muda, kaki kiri menginjak> telur mentah.

Nampaknya tugas itu agak sukar dilakukan oleh Patonah yang nampak gugup itu, akhirnya dukun mengambil telur yang ti­dak jadi diinjak kaki kiri itu, dengan cekatan dukun meletak­kan telur tersebut di atas perut Patonah, sambil dilepaskan. Telur yang digelindingkan dari perut yang hamil itu, pecah, dan serentak yang hadir disitu berucap : jebing, jebing, artinya perempuan.

Dengan ucapan yang hadir itu kelak diramalkan bayi yang dikandungnya akan lahir perempuan. Sesudah itu, Patonah dibimbing oleh dukun baji, itu ke belakang rumah, dimana persiapan untuk mandi itu akan dila­kukan. Dengan diantar beramai-ramai, para wanita yang hadir mengikuti Patonah ke belakang rumah. Patonah didudukkan di sebuah bangku kayu yang rendah. Di dekatnya tersedia air Komkoman pada sebuah periuk tanah.

Maka berturut-turut Dukun Bayi, memandikan Patonah dengan lebih dulu mema­sukkan uang logam ke dalam air komkoman itu. Si Dukun menyauk air komkoman dengan gayung belahan kelapa yang sudah dibersihkan dari ijuknya itu, gayung yang tangkainya dari ranting beringin. Sesudah itu kerabat dekatnya baik dari fihak ibunya sendiri maupun dari mertuanya perempuan, mu­lai memandikan seperti yang dilakukan oleh dukon baji.

Sete­lah air yang tersedia habis, maka selesailah tahap kedua upa­cara Pelet Kandhung ini. Tahap ketiga adalah Adandan, artinya menghias diri, Patonah yang sudah dimandikan itu, dibawa ke dalam rumah untuk diberi persalinan. Semua baju dan kain milik Patonah yang terbaik disediakan untuk dipakai. Mertua perempuannya selalu mendampingi menantunya ini bersama dukun dan nenek perempuannya. Patonah sekarang sudah dirias dan memakai baju baru. Kemudian dari biliknya, tempat ia dipelet itu di­perlihatkan kepada yang hadir dan semuanya secara spontan berucap : raddin, raddin, artinya cantik-cantik.

Ucapan itu di­maksudkan sebagai persetujuan bahwa Patonah dengan dandan­an itu sudah serasi sekali. Sementara suara yang hadir menga­gumi kecantikan Patonah, bersama dengan lenyapnya kekaguman itu, para undangan laki-laki yang sejak tadi membaca surat Yusuf dan Mariyam, selesai pula. Dengan selesainya bacaan ayat suci Al-Qur’an, oleh seorang Kyae, mulailah di bacakan doa. Di muka Kyae, diletakkan dua cengker yang telah ada gambarny a tersebut, beserta tulisan Arab. Setelah selesai dengan pembacaan doa yang diamini oleh segenap yang hadir baik yang berada di muka, atau di be­lakang

, maka Kyae memberi keterangan ringkas tentang makna surat Yusuf dan Maryam tadi.

Dikatakan agar bacaan ayat Qur’an tadi membawa berkah ke­pada sang bayi yang dalam kandungan. Jika kelak lahir laki- laki, rupanya agar setampan Nabi Yusuf. 1) Jika bayi telah lahir perempuan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.