Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • Merawat Madura
    • Gerbang Madura
    • Sejarah Madura
  • Lokalitas
    • Sastra Madura
    • Budaya Madura
    • Tradisi Madura
  • Ragam
    • Artikel Madura
    • Peristiwa Madura
    • Aneka Peristiwa
  • Pesohor
    • Tokoh Madura
    • Wisata Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Mutiara yang Terserak
    • Tempat Penginapan dan Hotel di Madura
    • Jarak Antar Kabupaten-Kota di Jawa Timur
    • Mohon Dukungan Domasi
    • Jarak Antar Kota dan Provinsi di Pulau Jawa-Madura-Bali
  • Konten
    • Daftar Isi
    • Sitemap
    • WPMS Html Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Komentar dan Saran Anda
    • Kirim Artikel
  • Hantaran
    • Tembhang Macapat Madura
    • Dewan Kesenian di Madura Dihidupkan Lagi?
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Madura Eksodus
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Madura Dalam Gambar
  • Telusur
    • Penelusuran Praktis Tulisan Lontar Madura
    • Peta Lokasi Lontar Madura

Museum Cakraningrat Bangkalan

Home » Sejarah Madura » Museum Cakraningrat Bangkalan

Ditayangkan: 11-01-2013 | dibaca : 642 pengunjung
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 2.50 out of 5)
Loading...

Mengenal dari Dekat 

Pada tahun 1974 Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan mendirikan sebuah Gedung Museum untuk penyimpanan benda-benda koleksi keluarga Kraton yang sudah diserahkan perawatannya kepada Pemerintah dengan ciri khas gerbang pintu adalah miniatur Bentar Makam Agung Arosbaya.

Kemudian pada tanggal 24 Juli 1975 dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 08.00 sId 14.00 WIB. Dengan bentuk dan kondisi yang hanya satu ruangan tersebut, maka telah dapat ditampung beberapa macam benda koleksi Peninggalan milik perorangan maupun milik Keluarga Bangsawan Bangkalan.

Museum tidak hanya bersifat memperkenalkan benda-benda bernilai sejarah saja, akan tetapi juga merupakan “Human Relationship” sebagai sarana komunikasi dari generasi ke generasi, demikian ada keberadaan “Museum Daerah Kabupaten Bangkalan”

Sebelum memiliki gedung yang tetap seperti yang terjadi pada saat ini, terdorong oleh rasa bangga terhadap warisan nenek moyang kita, yang menggambarkan pembuktian manusia, alam dan kebudayaan, baik secara synchronis maupun pencerminan histories dari pada manusia, alam lingkungan dan kebudayaannya.

Transisi budaya di jaman klasik telah menimbulkan gejala-gejala: Syncretisme dan telah menunjukkan daya ungkapan kemajuan teknis dan teknologis dan kemajuan kreatif berupa pembangunan monumen-monumen keagamaan struktur organisasi pemerintahan dengan pusat-pusat pemerintahan yang mengenai desentralisasi dengan sistem viodalisme.

Dengan inilah maka tokoh-tokoh penerus yang merasa bertanggung jawab untuk melestarikan peninggalan yang masih tersisa, disuatu pihak mulai menghimpun peralatan bekas milik Kraton Bangkalan yang masih tersisa, dikumpulkan dan disimpan di gudang pengumpulan dan penyimpanan yang terletak di komplek pesarean “AER MATA” (Komplek pemakaman Raja-Raja di desa Buduran Kecamatan Arosbaya) usaha ini memenuhi saran Pini Sepuh Kabupaten Bangkalan diantaranya :

  • R.A. Roeslan Tjakraningrat
  • R.A. Salehadiningrat Suryowinoto
  • R.P. Abdulmadjid Suryowinoto
  • R.P. Machmud Sosroadiwinoto
  • R.P. Abdul Hamid Notodirejo

Usaha ini dilakukan sekitar tahun 1950-1955 guna mengurus dan merawat peninggalan ini maka terbentuklah suatu yayasan yang menamakan diri: “Yayasan Kona”

Akhirnya Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan atas nama Pemerintah Tingkat II yaitu: H.J. Soedjaki mendirikan gedung tempat koleksi tersebut. Setelah bangunan tersebut selesai maka bersama “Yayasan Kona” yang pada waktu itu diwakili oleh:

  • R.A. Moch. Anwar Tjakra Adipoetro
  • R.P. Abdul Madjid Suryowinoto
  • R.P. Abdul Hamid Notodirejo

Maka bersama-sama beliaulah Bupati Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan juga bersama-sama dengan tokoh Pemerintah yaitu:

  • H.J. Soedjaki
  • R.A. Saleh Sosroadiwinoto
  • R. Abdul Rachman

Mereka merenakan untuk memindah Koleksi Kraton yang ada di komplek Pasarean ASTA AER MATA ke gedung penyimpanan baru yang ada di kompleks Perumahan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan yaitu di Jalan Letnan Abdullah No.1 Bangkalan. Kemudian pada tanggal 24 Juli 1975 benda koleksi yang ada di Aer Mata tersebut dipindah ke gedung yang baru disaksikan oleh Gusti Pembajon Permaisuri R.A. Roeslan Tjakraningrat.

Sejak saat itulah benda-benda koleksi tersebut diresmikan menjadikoleksiMuseumdan benda-benda koleksi tersebut dipelihara dan dirawat langsung oleh Pemerintah Daerah bagian Urusan Rumah Tangga Kabupaten yaitu: R. ABDOERRAHMAN, adapun koleksi tersebut masih belum berfungsi. Kemudian pada awal tahun 1979 gedung tersebut diresmikan menjadi museum dan diberi nama : “Museum Daerah Tingkat Ii Kabupaten Bangkalan”

Gedung Museum yang berada di jalan Soekarno-Hatta dan diberi nama ” Cakraningrat ” ini telah diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Timur, Imam Utomo, pada tanggal 13 Maret 2008. Terletak bersebelahan dengan kantor DPRD Bangkalan, gedung yang dibangun oleh Pemda Bangkalan ini.merupakan bagian penting dari kantor Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariiwisata Kabupaten Bangkalan. Sebelum menempati gedung baru, museum yang banyak mengkoleksi barang-barang peninggalan sejarah dan benda-benda kuno ini berada di kompleks Rumah Dinas Bupati Bangkalan (sebelah timur alun-alun Bangkalan). Karena dinilai kurang sesuai dengan tuntutan sebagai fasilitas publik maupun kurang memiliki nilai informatif bagi masyarakat umum, maka atas iniiatif Bupati Bangkalan, R.KH Fuad Amin Spd, memindahkan museum ini ke tempat yang terbuka sebagaimana sekarang ini. Agar museum ini mampu merefleksikan dan menanamkan nilai-nilai monumental sejarah Bangkalan bagi siapa saja, terutama bagi generasi muda, maka atas inisiatif  beliau pula menamai museum ini dengan nama “ Cakraningrat “, sebuah gelar bagi raja-raja yang memerintah Bangkalan pada tahun 1648 – 1918.

Asal Usul Berdirinya Museum

Didorong oleh pemikiran dan tanggung jawab untuk melestarikan benda-benda yang bernlai sejarah, warisan nenek moyang, maka atas saran beberapa sesepuh Bangkalan seperti R.A. Roeslan Tjakraningrat, R.A. Salehadiningrat  Surjowinoto, R.P. Machfud Sosroadiputro, pada tahun 1950-1954 dilakukanlah inisiatif oleh pemerintah daerah dan pemerhati budaya, untuk pengumpulan benda-benda maupun dokumen-dokumen milik Keraton Bangkalan yang tersebar dan berada ditangan orang, untuk kemudian dihimpun dan dirawat. Benda-benda dan dokumen-dokumen yang terkumpul tersebut disimpan di sebuah gedung yang berada di kompleks Pemakaman Raja-Raja Bangkalan ” Pesarean Aer Mata ” (Buduran, Arosbaya). Untuk mengurus koleksi benda-benda bersejarah itu, pada tahun itu pula dibentuk Yayasan Kona. Untuk lebih menjamin pengawasan atas kelestariannya, maka atas inisiatif H.J. Soedjaki, Bupati Bangkalan pada saat itu (1971-1976), bersama Yayasan Kona, benda–benda itu kemudian pada tahun 1975 dipindahkan ke sebuah gedung di kompleks Pendopo Agung Bangkalan  (sebelah timur alun-alun Bangkalan). Mulai sejak itu pemeliharan dan perawatan benda-benda tersebut secara resmi menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan pada tahun 1979 secara resmi ditetapkan sebagai sebuah museum dengan nama “ Museum Daerah Tk. II Bangkalan “.

Guna mewujudkan rasa tanggung jawab yang besar dari  Pemerintah Daerah maupun untuk tujuan menanamkan serta meningkatkan apresisasiyang tinggi masyarakat umum terhadap benda-benda yang bernilai sejarah itu, maka pada tahun 2008 atas inisiatif  Bupati Bangkalan, R.KH. Fuad Amin Spd, Pemerintah Daerah kemudian memindahkan museum ke gedung baru yang representatif, sebagaimana saat ini. Banyak benda pusaka dan benda kuno yang bersejarah disimpan dan dipamerkan di tempat ini antara lain koleksi senjata tombak, naskah tulis dan daun lontar, gamelan, alat musik dan berbagai peralatan lainnya.

Museum yang terletak Jl. Soekarno Hatta 39 A, Bangkalan, kode pos 69116, Jawa Timur ini merupakan museum umum. Museum ini diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten. Awalnya benda-benda koleksi museum ini berpindah-pindah tempat dan berganti-ganti nama pula tempatnya. Pada tanggal 13 Maret 2008 Pemerintah Kabupaten Bangkalan sangat antusias memperhatikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Bangkalan. Akhirnya terwujudlah bangunan Gedung Museum yang baru dengan nama Museum Cakraningrat Kabupaten Bangkalan. Bangunannya dibuat di atas lahan seluas 2.709 m2 dengan rincian bangunan publik seluas 792 m2 dan non publik seluas 144 m2. Status kepemilikan tanahnya adalah hak milik negara. Memang dari awal membangun gedung ini difungsikan sebagai museum yang terdiri dari satu lantai saja. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap bisa langsung telepon ke 031 – 3097065 atau bisa menggunakan faksimili dengan nomor yang sama . Museum ini memiliki banyak sekali koleksi yang akan diberikan beberapa contohnya di bawah ini.

Beberapa Koleksi :

  • Kain batik Madura
  • Peralatan Batik
  • Alas membatik Ukiran
  • Menangan
  • Paeduwan
  • Bokor
  • Penggel
  • Cucuk sisir
  • Kereta Kuda
  • Miniatur prahu
  • Kekeyan
  • Ginggung
  • Srone
  • Kleles
  • Kentongan
  • Gamelan Ratna Dumila

dihimpun dan dinukil dari berbagai sumber: http://jawatimuran.wordpress.com, http://museum-jatim.blogspot.com, http://fickirhasbi.blogspot.com/

Judul dibawah, juga berhubungan

  1. Pembentukan Komando Pusat Pertempuran Madura
  2. Sejarah Bangkalan, dari Legenda sampai Panembahan Pratanu
  3. Tumenggung Jaingpati, Sebagai Adipati Sumenep
  4. Masjid Agung Sumenep: Arsitektur Peradaban Bangsa Dunia
  5. Strategi Politik Arya Wiraraja
  6. Peninggalan Sejarah Budaya di Pulau Sepudi Sumenep
  7. Pemberontakan Kaum Ningrat Madura
  8. Sumenep Masa Pemerintahan Raden Ayu Tirtonegoro
  9. Dengan Kesenian Mengembalikan Fantasi Madura
  10. Asta Karang Sabu dan Masa Tumenggung Kanduruan

Silakan cari tulisan yang lain dibawah ini;
cari cara praktis KLIK, dan mohon dukungan:. DONASI

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Madura Eksodus
  • Terbaru

    • Radar Madura Luncurkan Buku Carpan Madura “Tora”
    • Pelaksanaan Toktok Sering Terjadi Perselisihan
    • Tradisi Toktok Sebagai Ajang Silaturrahmi Warga
    • Toktok, Aduan Sapi Ala Masalembu
    • Putri Nelayan Masalembu, Pembawa Tumpeng Rokat
    • Rokat, Melestarikan Budaya Masyarakat Masalembu
    • Rokat, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Kepada Tuhan
    • Rokat di Masalembu Dipersembahkan untuk Raja Ikan.
  • Komentar Pengunjung

    • Lontar Madura on Rokat di Masalembu Dipersembahkan untuk Raja Ikan.
    • Andre on Rokat di Masalembu Dipersembahkan untuk Raja Ikan.
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Agus Salim on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Agus Salim on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
  • RSS Perempuan Laut

    • "Mutiara yang Terserak" Diluncurkan
    • Inikah Penulis Perempuan Inggris Terbaik
    • Pemberdayaan Perempuan Berawal dari Pikiran Perempuan Sendiri
  • RSS Gambar Madura

    • Catatan Tersisa dari Kongres I Bahasa Madura
    • Petilasan Arya Wiraraja Di Situs Biting
    • Pantai Rongkang Bangkalan Madura
    • Pergelaran Peringatan Hari Jadi Sumenep ke 745 - 2014
  • RSS Rumah Literasi

    • Pendidikan Dalam Perspektif Pemberdayaan
    • Sabar Sebuah Keindahan Sikap dari Implementasi Pendidikan Agama Islam (Bagian 2)
    • Sabar Sebuah Keindahan Sikap dari Implementasi Pendidikan Agama Islam (Bagian 1)
    • Eksaina Bertabur Juara dari MIN 1 Sumenep

Home | Gerbang | Budaya |Tradisi | Sastra |Permainan |Wisata |Artikel |Tokoh |Peristiwa |Aneka

About Us | Privacy Policy | Daftar Isi | Nginap di Madura | Jarak Kota di Jatim | Jarak Kota Povinsi di Jatim, Madura dan Bali | Forum Madura | Sitemap

© All Rights Reserved. Lontar Madura

Close