Mengapa Tragedi Nipah Mesti Terjadi?

Pada saat itu, tiga orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan tiga orang luka ringan. Antara lain, Mudirah (51) meninggal dunia, dengan meninggalkan suami dan tiga orang anak, Nindin (14), meninggl dunia, seorang anak kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, anak kedua dari enam bersaudara keluarga Musa dan Marsinten, Simuki (30) meningal dunia, seorang duda dengan seorang anak.

Korban penembakan ini tidak dapat langsung diambil oleh warga, karena dalam penjagaan ketat oleh aparat keamanan. Baru Minggu pagi (26 September 1993) dapat diambil dan langsung dimakamkan. Bahkan Kyai Ali Jauhari (wakil ketua Fraksi FPP Sampang) sendiri yang membacakan talqin saat penguburan jenasah.

Sementara korban luka-luka adalah : Muhammad (30) dari Desa Lar-Lar tertembak pada lambung kanannya sampai tembus kebelakang. Ia Meninggal lima hari kemudian (Kamis 30 September 1993) dalam perawatan di RS Dr. Soetomo Surabaya, De’irah (30), dari Desa Tolang, terluka tangannya dan lambungnya tertembus peluru, Sunari (40) terserempet peluru pada pinggulnya dan Surideh (25) telapak kakinya tertembus peluru. Semoga perjuangan mereka dalam mempertahankan haknya, mendapat ridha dari Allah SWT.

Kini, haruskah dalam era reformasi ini pemaksaan kehendak dan arogansi pemerintah tetap akan dipakai dalam mengambil setiap kebijakannya?. Apakah masih relevan, pendekatan keamanan tetap dipertahankan?. Tentu saja, dengan tegas kita akan menolaknya? Anda pasti Setuju!

(Rasul Junaidy / Radar Madura/2008/?)

 

Tulisan bersambung:

  1. Madura dalam Gelombang Reformasi
  2. Masyarakat Madura Gigih Memegang Prinsip
  3. Mengapa Tragedi Nipah Mesti Terjadi ?

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.