Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • Merawat Madura
    • Gerbang Madura
    • Sejarah Madura
  • Lokalitas
    • Sastra Madura
    • Budaya Madura
    • Tradisi Madura
  • Ragam
    • Artikel Madura
    • Peristiwa Madura
    • Aneka Peristiwa
  • Pesohor
    • Tokoh Madura
    • Wisata Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Tempat Penginapan dan Hotel di Madura
    • Jarak Antar Kabupaten-Kota di Jawa Timur
    • Jarak Antar Kota dan Provinsi di Pulau Jawa-Madura-Bali
    • Mohon Dukungan Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Daftar Isi
    • Sitemap
    • WPMS Html Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Marlena, Perjalanan Panjang Perempuan Madura
    • Mutiara yang Terserak
    • Tembhang Macapat Madura
    • Dewan Kesenian di Madura Dihidupkan Lagi?
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Madura Eksodus
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Madura Dalam Gambar
    • Babad Madura
  • Telusur
    • Penelusuran Praktis Tulisan Lontar Madura
    • Peta Lokasi Lontar Madura

Melongok Etnis Madura Hindu

Menuju > Home | Budaya Madura | Melongok Etnis Madura Hindu

Ditayangkan: 17-02-2011 | dibaca : 6,173 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tetap Mengaku Madura

Bila identitas kehinduan masih melekat kuat, tidak demikian dengan identitas kesukuan mereka. Saptono memang menyebut dirinya Madura. Namun, ia tidak terlalu memusingkan saat anak-anaknya tidak lagi fasih berbahasa Madura. Bagi Saptono, itu sekadar konsekuensi dinamika zaman. “Mereka menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di sekolah mjaupun dalam pergaulan sehari-hari,“ kata Saptono. “Karena itu kemampuan berbahasa Madura mereka tak lagi bagus,“ lanjutnya.Hal itu diakui Purwandi dan adiknya, dua anak Saptono. “Untuk bicara dalam Bahasa Madura memang sulit. Namun kami tetap bisa memahaminya,“ katanya dalam Bahasa Jawa.

Samiun, seorang pemuda Madura Dusun Bongso Wetan, juga terbata-bata bicara dalam Bahasa Madura. Pemuda yang ditemui bermain suling di kompleks Pura Kertha Bumi ini bahkan seringkali terdiam saat diajak berkomunikasi dalam Bahasa Madura.“Ada sebagian yang saya tidak paham,“ katanya.

Identitas kemaduraan lebih banyak bertahan dalam bentuk pakaian adat. Baju gombor hitam dan kaos lorek putih-merah masih kerap mereka pakai dalam perayaan keagamaan. Saat peringatan melasti dan pawai ogoh-ogoh di Tugu Pahlawan, dua hari lalu, misalnya, mereka memakai pakaian tradisional Madura tersebut. Melasti adalah ritual pembersihan alat-alat di pura. Air bekas penyucian alat-alat pura ini kemudian dilarung di laut sebagai perlambang dibuangnya hal-hal kotor dari dalam diri kita.

Bisa jadi longgarnya identitas kemaduraan ini karena komunitas Madura di Bongso Wetan tidak lagi memiliki keluarga di Pulau Madura.

“Nenek moyang kami memang orang Madura. Namun jangan tanya kami bagaimana sejarahnya mereka bisa sampai di sini. Saya tidak tahu. Orang-orang tua sebelum saya pun tidak tahu,” kata Saptono. Yang jelas, Saptono dan warga Madura lain di Bongso Wetan tak lagi memiliki keluarga di Pulau Madura. Mereka tidak lagi toron (mudik) ke pulau garam itu. “Kalau pun ada yang memiliki kerabat di Pulau Madura, itu adalah hasil perkawinan, bukan nasab langsung,” ujar lelaki 52 tahun ini.

Ternyata, bukan hanya dalam hal identitas kesukuan mereka longgar. Dalam hal keagamaan pun mereka tidak terlalu fanatik. Menurut Saptono, penduduk penganut Hindu dan Muslim saling menghormati. Mereka tidak memaksa anak-anak untuk ikut agama mereka. “Kami ikut saja apa maunya anak-anak. Mereka ingin tetap Hindu, boleh. Ingin menikah dengan yang Muslim atau berganti agama menjadi Islam pun terserah,” katanya. (*)

sumber:

 

Pages: 1 2 3 4

Dibawah layak dibaca

Komentar Anda(5)

Supratiknyo said on 18-09-2018

Yang rukun saja

Reply
Ketut Gempawan said on 03-02-2017

Mohon maaf sebelumnya, kita umat hindu berbuat baik tujuannya bukan mencari surga tetapi MOKSA, hidup kembali ke dunia ini adalah dalam misi perbaikan apa yang telah kita perbuat terdahulu.

Reply
Lontar Madura said on 03-02-2017

Ya kita memahami, ini masalah persaudaraan antar umat beragama

Reply
devajiraka said on 31-07-2016

Saya orang Bali, Menjadi Hindu tidak harus mahal, jangan tiru di bali karena memang mereka kreatif dan berkemampuan. Bukan karena kemewahan ritual orang dapat sorga, tetapi baik atau buruknya perbuatan kita yang menentukan diri dan perjalanan roh kita menuju sorga atau neraka. Menurut Weda, Tuhan ada dimana-mana meresap disemua relung ruang dan waktu ciptaan-Nya (wiyapi wyapaka), maka sorga dan neraka ada dimana-mana baik di dunia tempat kita hidup ini maupun di akhirat alam maya. Untuk mencapai sorga tidak perlu naik ini naik itu sebagai syarat, cukup dengan berbuat sebaik-baiknya terhadap sesama, alam lingkungan sekitar, dan rajin berdoa kepada Tuhan, sudah pasti di dunia ini pun kebahagiaan hidup (sorga) sudah kita nikmati, jangan berbuat buruk misalnya mencuri ketahuan ditangkap maka neraka (penjara) kita jumpai. dan yang penting kita memiliki 5 keyakinan (panca sradha) yaitu percaya adanya Tuhan, Atma, Punarbawa, Karmaphala, Moksa.

Reply
Lontar Madura said on 07-08-2016

Semua ajaran agama untuk menuju kebaikan, dengan sangsi bila melanggar akan dapat akibatnya (neraka), bila melaksanakan dengan benar akan dapat (surga). Dalam tulisan diatas merupakan catatan peristiwa yang perlu dikenal dan dipahami semua pihak, tanpa mempengaruhi nilai ritualitas keagamaannya.

Reply

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • audio
    "Apen Parsanga"
    http://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2019/06/Lagu-Madura-Apen-Parsanga.mp3
    Lagu Madura dari Sumenep
  • Terbaru

    • Benarkah Taman Sarè Keraton Sumenep Tempat Mandi Putri Raja?
    • Aretan Sapi dari Kerapan dan Sape Sono’
    • Media Massa dalam Membentuk Stereotip Etnis Madura
    • Media dan Stereotip Terhadap Etnis Madura
    • Pamekasan Pada Masa Pemerintahan Adipati Ario Adikara
  • Komentar Anda

    • sinau on Sekilas Raja dan Tokoh Penting Bangkalan
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Ahmad junaidi qurthubi on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Agus Hariadi on Sekilas Raja dan Tokoh Penting Bangkalan
  • Jumlah Pengunjang

    • Asal Usul Leluhur Orang Madura - 92,141 views
    • Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep - 48,631 views
    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan - 42,400 views
    • Tembang Macapat Madura dan Sejarah Pengembangannya - 38,400 views
    • Puisi Madura: Abdul Gani - 35,436 views

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close