Makna Maulud Nabi Dalam Pertautan Tradisi Toron

Selanjutnya menurut Muhaimin dan Darwis, acara Maulud yang tanpa mau’idah hasanah itu karena sedemikian padatnya jadwal kyai untuk acara yang sama. Seorang kyai, seringkali setelah selesai menghadiri acara Maulud di satu rumah dilanjutkan pindah ke acara yang sama di rumah penduduk yang lain secara bergiliran. Demikian seterusnya, sebagai tradisi tahunan di desa Prajjan Camplong dan sebagian kecamatan kota Sampang, seperti di kelurahan Barisan, Karangentang, dan Pleyang.

Bahkan menurut Saniri, mantan pengawas madrasah yang lama bertugas di Omben Sampang yang diperkuat Marzuki (pensiunan guru, menetap di Omben), di daerah Omben, Camplong, Kedungdung, dan Tambelangan kadangkala peringatan berlangsung selama tiga bulan. Yakni sebelum dan sesudah bulan Maulud untuk menyesuaikan diri antara kesempatan tuan rumah dengan kyai yang akan diundang. Demikian pula di daerah Blega (Bangkalan) dan Proppo (Pemekasan) pada umumnya terjadwal, tidak seperti daerah Ketapang sebagaimana keempat kecamatan di Kabupaten Sampang di atas. Demikian menurut Abd. Majid (Tanjungbumi Bangkalan).

Selanjutnya, apa makna peringatan Maulud menurut pemahaman mereka, antara lain dapat ditangkap pernyataan H. Holili bahwa acara Maulud ibarat haul untuk nabi. Sapaneka pak, monggu kaom santre, amolod pada sareng nylameddi otaba ngeholeh Rasulullah. Masa’ pak, oreng seppo duwa’ eyehhole, pas Nabbinah bunten, kan ta’ sae (begini pak, di kalangan santri, mengadakan acara Maulud ibarat melakukan haul bagi Rasulullah. Jika kedua orang tua kita yang telah meninggal, kita adakan haul, mengapa nabi kita tidak, kan tidak baik).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.