Kisah Pangeran Jaka Lombang dan Puteri Cemara Udang

asal usul cemara udang “Puteraku. Betulkah kabar yang aku terima bahwa puteraku telah menjalin hubungan dengan gadis desa?” tanya bundanya.

“Ampun, Bunda. Memang demikian bunda, puteranda telah menjalin cinta dengan Radina, gadis dari desa Legung.” Jawab pangeran.

“Apakah Putranda sudah lupa pesan-pesan Bunda?” sahut permaisuri.

“Maksud Bunda?” sela pangeran.

“Tahukah kamu,  Radina itu siapa dan berasal dari mana? Ia hanyalah anak dari seorang  nelayan miskin” kata bundanya.

“Puteranda paham, Bunda. Radina hanyalah gadis desa. Namun puteranda sangat mencintainya. Radina adalah gadis yang jujur dan rajin bekerja.  Meskipun hanya anak seorang nelayan namun puteranda suka perilakunya yang mulia. Ia suka menolong pada sesama.” Jawab pangeran mencoba menerangkan.

“Kamu harus mencari seorang gadis keturunan bangsawan!” demikian bundanya marah. “Apa untungnya meminang gadis miskin” lanjutnya.

“Tapi, Bunda…,” sela Pangeran. “Puteranda sudah saling mencinta dan Ayahnda telah merestuinya.” Katanya sambil menunduk.

“Ayahandamu memang lemah. Bunda sudah sering mengusulkan agar mencari seorang gadis dari keturunan bangsawan. Sangat  memalukan. Seorang pangeran, calon pewaris tahta kerajaan mempunyai calon pasangan hidup seorang gadis desa. Miskin lagi!”  Demikian bundanya marah.

“Ampun Bunda, puteranda mohon restu.” Kata pangeran sambil memeluk kaki bundanya.

“Tidak!” sekali lagi bundanya membentak.

“Mulai hari ini kamu tidak boleh keluar dari istana apalagi menemui gadis miskin itu.” Demikian keputusan bundanya.

Diam-diam sang permaisuri pun memerintahkan beberapa orang prajurit untuk menyingkirkan Radina, gadis yang dicintai puteranya itu. Suatu hari, tanpa sepengetahuan pangeran dibuanglah Radina ke sebuah pulau yang jauh dan terpencil. Betapa sedihnya hati pangeran Jaka Lombang. Namun ke mana ia harus mencari, tidak seorang pun mengetahuinya.

Suatu ketika terjadilah bencana kelaparan di seluruh wilayah pulau Madura. Tak terkecuali wilayah kerajaan Candiraja. Tanah-tanah menjadi gersang. Tanaman-tanaman menjadi kering dan tidak menghasilkan apa-apa. Demikian juga dengan para nelayan. Tak satupun ikan bisa ditangkap seolah ikan-ikan menjadi lenyap begitu saja. Rakyat menjadi miskin, kekurangan pangan. Banyak orang mati kelaparan. Kerajaan yang tadinya makmur dan kayaraya, lambat laun menjadi miskin. Hal ini disebabkan tidak adanya upeti atau persembahan dari rakyatnya. Diam-diam sang raja mengajak pangeran Jaka Lombang untuk mengunjungi rakyatnya. Sesampai di wilayah pebukitan sebelah Selatan desa Legung, raja  mendapati perkampungan yang banyak penduduknya menderita penyakit dan mati kelaparan. Seolah tidak ada yang selamat, di mana-mana terlihat orang mati seperti batang saja.

“Perkampungan ini penuh dengan Batang.” Katanya sedih.

“Ingatlah jika suatu saat kamu sampai di tempat ini. Inilah kampung Batang.  Kamu harus membantu penduduknya agar  terhindar dari bencana kelaparan.” Demikian  perintah sang raja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.