Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • Merawat Madura
    • Gerbang Madura
    • Sejarah Madura
  • Lokalitas
    • Sastra Madura
    • Budaya Madura
    • Tradisi Madura
  • Ragam
    • Artikel Madura
    • Peristiwa Madura
    • Aneka Peristiwa
  • Pesohor
    • Tokoh Madura
    • Wisata Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Tempat Penginapan dan Hotel di Madura
    • Jarak Antar Kabupaten-Kota di Jawa Timur
    • Jarak Antar Kota dan Provinsi di Pulau Jawa-Madura-Bali
    • Mohon Dukungan Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Daftar Isi
    • Sitemap
    • WPMS Html Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Marlena, Perjalanan Panjang Perempuan Madura
    • Mutiara yang Terserak
    • Tembhang Macapat Madura
    • Dewan Kesenian di Madura Dihidupkan Lagi?
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Madura Eksodus
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Madura Dalam Gambar
    • Babad Madura
  • Telusur
    • Penelusuran Praktis Tulisan Lontar Madura
    • Peta Lokasi Lontar Madura

Berakhirnya Kerajaan Singasari

Menuju > Home | Sejarah Madura | Berakhirnya Kerajaan Singasari

Ditayangkan: 10-02-2011 | dibaca : 15,526 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
arya wiraraja

Arya Wiraraja dalam illustrasi

Dikala Wirondaya putra Arya Wiraraja menghadap Jayakatwang di Daha, terjadilah dialog antara keduanya. Arya Wirondaya mengatakan bahwa ayahnya sakit hati pada sikap Prabu Kertanegara, yang dalam kidung Harsawijaya disebutkan ” ……tan trepi rehing nagari arawat-rawat kewuh”  dengan demikian maka Jayakatwang yakin bahwa Arya Wiraraja tidak akan mengirimkan bala pasukannya untuk membantu Prabu Kertanegara. Hal mana merupakan peluang yang sangat besar untuk melumpuhkan Singasari. Yang ada di Keraton saat itu hanya Empu Raganata yang sudah tua seperti dikatakan dalam surat Arya Wiraraja ” ………….. wonten uga samanira, mung sayuga nanging wus ompong tan nggigit.” (Memang ada singanya seekor dan itupun sudah ompong tak akan menggigit, yang disebut macan ompong adalah Empu Raganata karena susad tua).

Setelah diketahui oleh Jayakatwang bahwa Prabu Kertanegara kala itu sedang lengah pada situasi keamanan dalam negeri, karena mempersiapkan pasukannya untuk menunggu serangan dari armada China (Kaisar Kubilai Khan), selain sebagian besar bala tentara Kediri  dikirim kepantai pesisir utara Pulau Jawa, juga ada di luar Pulau Jawa untuk menjaga kerajaan taklukannya. Apalagi dikuatkan oleh surat dari Arya Wiraraja sebagai kawannya yang telah menjadi Adipati di Sumenep. Dengan demikian surat tersebut merupakan suatu masukan yang sangat bagus. Dan juga sudah ada kepastian bahwa Adipati Sumenep tersebut tidak akan ikut berperang atau tidak mengirimkan untuk membantu Prabu Kertanegara melawan Jayakatwang. Hal mana merupakan kesempatan yang baik untuk merebut kembali negara yang dulu telah direnut oleh Ken Arok dari tangan buyutnya Pranu Kertajaya.

Penyerbuan Jayakatwang mulai bergerak melakukan penyerangan dengan strategi pasukan perangnya dipecah menjadi dua,  sebagian menyerang melalui sebelah utara Singasari atau dataran rendah Malang, dipimpin oleh Jaran Guyang. Dan yang sebagian lagi melalui sebelah selatan yang dipimpin oleh Patih Kebo Mundarang. Dengan demikian pasukan Singasari menyambut di Kedung Peluk untuk memukul mundur serangan yang dari utara tersebut. Pasukan Jayakatwang dipukul habis-habisan sehingga banyak yang gugur dan melarikan diri, tapi terus dikejar sampai di desa Lemah Batang dan Kapulungan. Kemudian pasukan Jayakatwang dipukul mundur lagi dan lari ke desa Rabutcarat, di sana bertemu dengan pasukan yang sebagiannya, yang memang sengaja dipersiapkan sebagai bantuan yang diletakkan di desa Hanyiru untuk menghantam dari sebelah Timur. Selanjutnya terjadilah pertempuran hebat sehingga pasukan Singasari yang dipimpin oleh Raden Ardharaja kewalahan dan mundur ke desa Kapulungan, di sana mulailah mengatur siasat. Raden Ardharaja yang berbalik haluan, yang tadinya berdiri di pihak mertuanya sekarang berputar arah membantu Ayahandanya dan bergabung dengan pasukan Daha. Penyerangan mulai dipersiapkan lagi dan ditambah persiapan pasukan yang ada di desa Kurawan dan Kembangsari, sedangkan pasukan Singasari dipimpin oleh Raden Wijaya dengan kekuatan yang sudah berkurang. Disamping banyak yang gugur dan sebagian lagi dibawa oleh Arya Ardharaja yang bergabung dengan pasukan Ayahandanya.

Pages: 1 2 3 4 5

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • audio
    "Apen Parsanga"
    http://www.lontarmadura.com/wp-content/uploads/2019/06/Lagu-Madura-Apen-Parsanga.mp3
    Lagu Madura dari Sumenep
  • Terbaru

    • Benarkah Taman Sarè Keraton Sumenep Tempat Mandi Putri Raja?
    • Aretan Sapi dari Kerapan dan Sape Sono’
    • Media Massa dalam Membentuk Stereotip Etnis Madura
    • Media dan Stereotip Terhadap Etnis Madura
    • Pamekasan Pada Masa Pemerintahan Adipati Ario Adikara
  • Komentar Anda

    • sinau on Sekilas Raja dan Tokoh Penting Bangkalan
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Lontar Madura on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Ahmad junaidi qurthubi on Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep
    • Agus Hariadi on Sekilas Raja dan Tokoh Penting Bangkalan
  • Jumlah Pengunjang

    • Asal Usul Leluhur Orang Madura - 92,099 views
    • Bindoro Saud, Raja Ke 29 Memimpin Kerajaan Sumenep - 48,603 views
    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan - 42,393 views
    • Tembang Macapat Madura dan Sejarah Pengembangannya - 38,379 views
    • Puisi Madura: Abdul Gani - 35,423 views

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close