Frasa Verbal Bahasa Dalam Madura

Dari contoh di atas tampak bahwa ada dua Verba yang letaknya berurutan: yang pertama merupakan Predikat dan yang kedua bertindak sebagai Keterangan. Pada kalimat  (11-12) terkandung pengertian maksud dan tujuan dari perbuatan yang dinyatakan Predikat

  1. Subjek Apositif

Frasa Verba dapat juga bersifat Apositif, yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan untuk lebih memperjelas Subjek, seperti yang terdapat dalam kalimat berikut:

(13) Lakonah, ngajar SD, la edinaagih

S P

(Pekerjaannya, mengajar SD, sudah ditinggalkan)

(14) Usahanah, adaghang soto Madureh, ta’ pateh Maju

S P

(Usahanya, berdagang kain, tidak terlalu maju)

Frasa Verba ngajar SD dan adaghang soto Madureh dalam kalimat di atas berfungsi sebagai aposisi. Konstruksi tersebut masing-masing menambah keterangan pada Nomina lakonnah, dan usahannah

B.3.2. Kategori Sintaksis Frasa Verbal Bahasa Madura

Kategori sintaktis adalah setiap kelas dari bagian-bagian yang dikenal dalam sintaksis sebuah bahasa. Secara spesifik, kategori sintaktis adalah kategori yang memberi tanda pada diagram struktur frasa: kalimat (K), frasa Nominal (FN), frasa Verbal (FV), dan lain-lain (Matthews 1997: 368). Menurut Trask (1999: 303), kategori sintaktis adalah segala sesuatu dari beberapa kategori bagian gramatikal yang membentuk kalimat dalam sebuah bahasa. Kategori terkecil dari kategori sintaktis adalah kategori leksikal, yang dikenal dengan kelas kata, seperti Nomina, Verba, Preposisi. Bagian yang lebih besar adalah kategori frasal, yang mewakili beberapa macam frasa yang ada dalam suatu bahasa seperti frasa Nominal dan frasa Verbal. Dalam frasa Verbal, kategori yang membentuk frasa ini adalah kategori leksikal. Pada bagian ini akan dikaji unsur-unsur pengisi frasa Verbal berdasarkan kelas katanya.

Jika Hasan Alwi dalam bukunya ‘Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesa’ membagi frasa Verbal berdasarkan konstruksinya menjadi dua yaitu frasa Verbal Endosentris Attributif dan Endosentris Koordinatif, maka Frasa Verbal dalam bahasa Madura dalam artikel inipun, meskipun agak sedikit berbeda, juga dibagi menjadi dua yaitu (a) berdasarkan apakah konstituennya bisa dibagi lagi ataukah tidak, maka frasa Verbal dibagi menjadi 2 yaitu frasa Verbal Simpleks dan frasa Verbal Kompleks. Frasa Verbal Simpleks adalah frasa Verbal yang konstituennya tidak dapat dibagi lagi menjadi konstituen yang lebih kecil, sedangkan frasa Verbal Kompleks adalah frasa Verbal yang telah diberi tambahan baik dari sisi kanan, sisi kiri, maupun sisi kanan dan kiri dan dimungkinkan konstituennya dibagi lagi menjadi konstituen yang lebih kecil. (b) berdasarkan konstruksinya, frasa Verbal dibagi menjadi 6 jenis yaitu: yaitu frasa Verbal Simpleks (VS) Koordinatif, frasa Verbal Kompleks (VK) Koordinatif, VS Modifikatif, VK Modifikatif, VS Komplementatif ,VK Komplementatif, VS Kompound (Gabungan), VK Kompound (Gabungan)

Dasar kajian unsur-unsur pengisi frasa Verbal (katagori sintaksis) dalam artikel ini adalah prinsip Generative Grammar (Tata Bahasa Generatif) yang ada dalam buku Syntax: A Generative Introduction karya Carnie yaitu: (1) semua klausa/kalimat haruslah terdiri dari Frasa Nominal (FN) dan Frasa Verbal (FV), dan (2) FN dan FV dapat terdiri dari satu kata saja (Carnie, Andrew, 2002). Prinsip dasar yang ada dalam Tata Bahasa Generatif memang tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk menganalisa seluruh konstruksi kalimat dalam bahasa Madura, utamanya kalimat Nominal (Kalimat Nominal dalam bahasa Madura bersifat lebih elastis dan berkonstruksi tidak hanya FN dan FV saja), namun, karena diskusi kita ádalah frasa Verbal dan ketika frasa ini apabila dikembangkan menjadi kalimat akan selalu berkonstruksi FN dan FV, maka Tata Bahasa Generatif dapat diterapkan dalam konteks ini.

Responses (4)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.